A |
wan tebal menyelimuti gemerlap bintang-bintang. Sayatan kilat menjulur-julur melawan kegelapan tanpa bulan. Gemuruh petih menggetarkan jantung-jantung yang berdegup kencang. Sesekali, ombak tinggi besar menjulang menghantam karang-karang.
Di ujung, terlihat seorang wanita berdiri sigap. Hembusan angin malam nan dingin menerpa tubuhnya. Akan tetapi, semua itu bukanlah hilangan. Ya, sungguh mengerikan! Ia terjun dari tebing. Kemudian, glegek, glegek, glegek. Air asin yang masuk melalui teling, hidung, dan mulutnya membuat jantung sang Putri tak berdetak lagi. Semua datu yang merebutkannyapun hanya bisa melongo menyaksikan pengorbanannya. Pengorbanan Sang Putri Nyale untuk nyawa-nyawa mereka, rakyat
Memang sakit, sakit, sakit, tapi itulah pengorbanan, makin besar pula penderitaan. Akan tetapi, itu adalah penderitaan temporer yang berbuah kebahagiaan permanen. Penderitaan Putri Nyale berbuah kebahagian masyrakat
Dewasa ini, legenda si Putri Nyale terulang lagi. Namun, apakah sosok karifannya juga demikian?
Kini, banyak pemuda tabok-menabok, tendang menendang, bahkan bacok-membacok hanya untuk memperebutkan seorang cewek yang belum tentu layak untuk diperebutkan. Bukan hanya pemuda, pemudi juga demikian. Cabik-mencabik, jambak-menjambak, tonjok-menonjok ( pake jarum pentul jilbabnya kale,he…he…) hanya karena memperebutkan seorang cowok yang juga belum tentu layak untuk diperebutkan. Kalaupun layak, mengapa harus dengan cara rebutan? Cowok ataupun cewek bukan cuma satu
Di manakah sosok seorang Putri Nyale masa kini? Apa sosok itu hanya ada di dalam legenda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar